Tag(s):
• Komedi
• Keluarga
• Persahabatan
• Heteroseksual
• Remaja
• Pergaulan remaja

Apa jadinya jika pemuda sengklek bertemu dengan gadis yang tertutup. Atau pemuda cuek bertemu dengan gadis galak. Akankah kisah mereka berjalan manis atau sebaliknya. Nyatanya, jika menyatakan cinta semudah makan gorengan. Tentu tidak butuh waktu lama bagi seseorang untuk mengungkap perasaannya. Jika untuk memenangkan hati seseorang semudah menghabiskan tempe mendoan, tentu tidak mungkin harus meminta seorang walikota untuk menyatakan cintanya. Ikuti keseruan kisah mereka yang penuh warna dalam cerita sederhana ini.

Last Update

Editor´s Choice

His SOULmate

Resurain

I AM ABLE

KingMoha

Rise Of The Black Cat

Nana_raeni06

Miracle Planet The Crystals Elements Power

Nayko Ayasame

Loving a thousand you

Mwomisumi

The Miscreants

Author Augustine C

Recommendation

Strings Of Love

Zamsii

His Mere Bestfriend

humbert

The Miscreants

Author Augustine C

Beyond the light

Sommie

Her glamorous beauty

Author Warren II

His Unexpected Goodbye

roseewithnothorns

Rejection and marriage

Jul_ie1

Front Page with a Superstar

yoonworks

Book Comment (348)Leave your comment on App

• 
  Abyy Akbar

  anak jujur dan baik pasti di sayang dan di percayai oleh papah dan ibunya 😇🤗🙏

  19/05/2022

    0
• 
  EkaputriKarisma

  seru ceritanya ditunggu kelanjutannya ya👍🏻

  11/05/2022

    0
• 
  Putra Slek

  Cerita ini sangat baguss

  3d

    0
• 
  FirdiansyahDian

  asik sekali cerita nya top pokonya

  6d

    0
• 
  kerenn

  8d

    0
• 
  Muhammad Hizamie

  wow ceritanya menarik yaa😍

  11d

    0
• 
  Endah

  59274

  26d

    0
• 
  Muhammad Akbar

  Menarik

  04/08

    0
• AyuTrexz

  bgus

  28/07

    0
• 
  HutaurukNalom

  ceritanya mantul

  27/07

    0

• Total: 86

• Bab 1

  Sejak bel tanda masuk berbunyi, Reika merasakan perutnya melilit. Siklus bulanan yang kerap kal

• Bab 2

  Terdengar suara bel tanda sekolah telah usai, para siswa berhamburan keluar seperti ayam yang d

• Bab 3

  "Hah?" Rendy panik, dilihatnya ka kanan dan ke kiri. Sudah banyak orang berlarian ke arahnya. K

• Bab 4

  Benar saja, dilihatnya Reika membuka pintu gerbang setelah turun dari mobil yang mesinnya masih meny

• Bab 5

  "Memang sudah berlubang dari dulu, tante. Tersangkut di pagar rumah." Kata Rendy yang melihat mama

• Bab 6

  Terdengar suara jam beker jadul memekakkan telinga, jarum sudah menunjukkan pukul 04.30. Mata Rendy

• Bab 7

  Andre melirik anaknya, "Kenapa temanmu lihatin kita?"
  "Mungkin karena aku ganteng kali, Pa," ja

• Bab 8

  Bola mata Gita bergerak dan berkedip dengan cepat. Seakan tak percaya apa yang telah terjadi, bagaim

• Bab 9

  "Hati-hati, Bu. Awas kepeleset, mungkin lantainya licin. Tangan ibu saya gandeng, ya. Anggap sa

• Bab 10

  "Terima kasih. Eh ...." jawabnya begitu sadar Rendy memujinya barusan. Reika menoleh, matanya membul

• Bab 11

  Di dalam kamar, seorang pemuda menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Tubuhnya letih, energi hampir t

• Bab 12

  Perlahan, jiwa yang tengah kosong itu mulai terisi dengan kehangatan dan senyum ramah gadis bermata

• Bab 13

  Senja bergulir, cahaya merah di ujung barat perlahan menghilang. Bulan merangkak naik mengganti

• Bab 14

  Tidak ada balasan. Ditunggu beberapa menit, rupanya masih saja tidak ada pesan masuk, padahal sudah

• Bab 15

  Merasa telah menghalangi jalan, ia menggeser posisinya untuk memberikan kesempatan mereka untuk

• Bab 16

  "Ha? Bukan kami, Pak." Mereka menjawab hampir bersamaan.
  "Itu ada buktinya. Masih mengelak?

• Bab 17

  Sengaja mempercepat langkahnya, mumpung lagi sepi. Ia tidak mau dijadikan bahan gosip yang menjalar

• Bab 18

  Di dalam kamar, seorang gadis duduk bersimpuh di depan patung wanita menyusui. Raut wajah yang

• Bab 19

  Bunyi desisan minyak keluar dari guratan sosis di atas bara api. Asap mengepul ke udara diserta

• Bab 20

  Halaman sekolah pagi ini tampak sibuk, pasalnya rombongan siswa bersiap untuk berangkat ke Trawas. 4

• Bab 21

  "Sekarang bubar. Dan kamu Rendy, diam dulu di sini." Beliau punya alasan sendiri mengapa menaha

• Bab 22

  'Jawab curut!'
  Satu lagi pesan masuk dari Gita karena tak kunjung mendapat balasan.
  'Berisik

• Bab 23

  "Diaaaaam!!!" Teriakan Pak Bintoro bagai auman singa, mengambil alih perhatian setelah adegan s

• Bab 24

  "Wajah Bu Darmi pemilik warung itu. Hahahaha."
  Mereka larut dalam tawa, dengan candaan segar ya

• Bab 25

  "Eng. Iya, bisa-bisa." Sebenarnya ia ingin menolak peemintaan Gita. Namun tatapan aneh beberapa pasa

• Bab 26

  Gadis itu membelalak, perlahan beringsut mundur hingga sampai pojokan.
  "Hanya melihat keadaanmu saja.

• Bab 27

  Saat hendak memejamkan mata, dirasakan ponselnya bergetar. Satu pesan masuk dari Rendy.
  'Erwin dalam

• Bab 28

  Keesokan paginya ia dikejutkan ponsel yang berdering keras. Dengan malas ia mencari letak benda pers

• Bab 29

  "Bersikap biasa saja, jangan memancing perhatian," kata Rendy berlagak seperti seorang profesional.

• Bab 30

  "Kayak ga punya dosa saja ngomong seperti itu."
  "Ngomong apaan?" Ia bingung sendiri, tidak merasa bic

• Bab 31

  Keesokan harinya mereka beraktifitas seperti biasa dan terlalu monoton. Mereka harus melewati seming

• Bab 32

  Pengamen kecil itu terus melanjutkan petikan senar dan bersenandung. Bahkan pemukul gendang sampai b

• Bab 33

  "Pagi, Pa," sapa Reika sembari mencium pipi Johannes. Pria itu tampak sibuk dengan korannya, membaca

• Bab 34

  Sebuah mobil sedan hitam tengah antri di antara deretan mobil yang berhenti menunggu lampu hijau men

• Bab 35

  "Bagaimana, Ren? Sekarang kamu pergi ke makam nenek Asih?"
  Rendy mengangguk pelan. Penglihatannya ter

• Bab 36

  Sekelompok pria itu mengelilingi Rendy yang seolah mengecil seperti balon kempes. Badan mereka yang

• Bab 37

  Terdengar suara yang selama ini ditakuti Jamal. Satu-satunya yang bisa membuat pria gempal itu

• Bab 38

  'Apa? Kau berikan pada Tante Jasmin?'
  'Iya. Memang kenapa?' Send.
  'Tidak apa-apa. Ya sudah, aku mandi

• Bab 39

  Ada yang beda, lengan itu mulus dan putih juga sedikit berisi. Leher terasa seperti bersandar pada b

• Bab 40

  Rencana untuk bebas dari ulangan harian telah lenyap, mau tidak mau ia harus berjibaku lagi dengan k

• Bab 41

  "Saya tidak tahu pasti, mereka semua memakai masker. Tapi saya yakin itu kelompok Tyo," jawab Sidiq.
  

• Bab 42

  Angin berhembus kencang melambaikan atap pos ronda berbahan seng, sehingga menimbulkan bunyi ny

• Bab 43

  "Saya tidak kenal dengan yang namanya Anita. Walaupun kami sering bersama, tapi tidak tahu menahu de

• Bab 44

  "Tadi saya sempat bertemu di terminal," jawab Erwin berbohong. Karena semula ia berpamitan untuk men

• Bab 45

  "Kamu sering main ke sini juga?"
  "Baru kali ini, Yah. Mereka ini semua siapa?" Yadi menoleh ke belaka

• Bab 46

  Satu hari berlalu, barang pesanan Erwin datang lebih cepat dari perkiraan. Segera mereka melakukan l

• Bab 47

  Yang jadi masalah adalah, bocah itu mudah tersulut emosinya. Jika satu lawan satu mungkin Erwin tida

• Bab 48

  Dua orang antara ayah dan anak itu saling bertukar informasi tentang kelompok yang ditukangi Munanda

• Bab 49

  "Turun kamu!"
  "Ya, Pak sebentar. Nyangkut."
  Pak Bintoro yang kebetulan lewat mendengar pekerja kebersi

• Bab 50

  "Mulai sekarang tinggalkan cewek itu," ancam Sidiq. Sorot matanya menandakan dia sangat serius saat

• Bab 51

  Ketika ia menoleh ke belakang didapatinya Pak Bintoro sudah berdiri dengan memasang wajah seram, ses

• Bab 52

  Acara dimulai pukul enam petang tapi waktu baru menunjukkan setengah lima sudah banyak pengunjung ya

• Bab 53

  "Rendy pernah bilang akan menyatakan cintanya pada Reika dengan cara unik agar nanti bisa dijadikan

• Bab 54

  "Hmm...?" Reika sedikit mendongakkan kepala tapi ia terlalu malu menatap mata Rendy secara langsung,

• Bab 55

  "Semalam aku kurang tidur. Jam sebelas bangun, jam satu bangun. Tidur lagi, lalu bangun lagi jam tig

• Bab 56

  Ketiga pria asing itu melompat hingga tercebur ke dalam selokan. Entah mendapat kekuatan apa sehingg

• Bab 57

  Keduanya kompak menoleh ke arah sumber suara. Namun bagi Rendy yang sudah sangat mengenali suara itu

• Bab 58

  Hening, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir kedua pemuda itu. Bahkan Erwin yang biasan

• Bab 59

  7 tahun yang lalu.
  Malam itu sangat tenang, tidak ada angin yang terlalu kencang, tidak ada ombak yan

• Bab 60

  Anita yang memang masih baru dan tidak mengetahui bagaimana Munandar yang sebenarnya, dengan senang

• Bab 61

  "Ha ha ha. Kenapa Abang terkejut?"
  Munandar tertawa puas, kali ini ia unggul satu langkah di depan Ya

• Bab 62

  Rencana pergi ke hutan mangrove yang sempat tertunda kemarin lusa, kini kembali dibahas. Mereka butu

• Bab 63

  "Sebentar ya, Nak Rendy tunggu saja di sini," ujar Bu Jasmin. Kemudian ditinggalkannya ia sendiri di

• Bab 64

  Di dalam ruang tamu, sudah ramai teman sekelasnya. Mereka semua datang bersama Gita untuk menjenguk.

• Bab 65

  "Tidak ada apa-apa. Mereka teman sekelas Reika, cuma mau menjenguk saja."
  "Siapa yang sakit?" tanya O

• Bab 66

  Maka, begitu Bu Jasmin keluar, ia mohon diri dengan alasan karena dapat panggilan telepon dari maman

• Bab 67

  Ayah dari dua orang anak itu kini tak lagi khawatir dengan kesehatan mental putrinya. Ia tak menyang

• Bab 68

  Ia penasaran, dengan siapa anaknya melambaikan tangan. Tidak mungkin jika ada seseorang di halaman b

• Bab 69

  Kendaraan bergerak menuju ke lokasi yang dimaksud, yaitu sebuah salon potong rambut. Ini merupakan y

• Bab 70

  "Sudah selesai." Mbak Ratih melepas kain penutup yang melingkar di leher Reika. "Bagaimana. Kau suka

• Bab 71

  "Maaf, Tante. Aku yang salah, tidak minta izin dan pergi terlalu lama."
  "Tadi Reika sudah izin untuk

• Bab 72

  "Kenapa, Re?" Melihat ada sesuatu yang aneh dari Reika, membuat Gita menjadi panik.
  "Kepalaku sakit,

• Bab 73

  Tiga tahun lalu.
  Hari ini merupakan liburan kenaikan kelas Reika ke kelas IX. Pak Johannes berencana

• Bab 74

  Reika langsung saja berhambur memeluk tubuh Aruna dengan wajah syok saat melihat tatapan mata orang

• Bab 75

  Saat ini
  "Di mana kau lihat kendaraan itu?"
  "Di halaman rumah Rendy."
  "Tapi bisa saja itu kendaraan ora

• Bab 76

  Sisa hari dari liburan semester ini, dilalui dengan hanya saling diam. Reika tidak memberi kabar apa

• Bab 77

  "Re-Rendy?" ujar Gita terbata. Erwin pun tak kalah terkejutnya, ia merasa bersalah karena berbohong

• Bab 78

  Ia pangling dengan perubahan fisiknya, tapi tidak dengan sikapnya. Layaknya seorang pemimpin yang me

• Bab 79

  Di halaman depan, Gita beserta yang lain menunggu dengan gelisah. Sedari tadi Reika belum juga kelua

• Bab 80

  Ia bangkit, semangat dan tenaganya seakan pulih. Diterobosnya kerumunan yang saat ini menatapnya keh

• Bab 81

  "Git-Gita. Sedang apa kamu, kenapa belum pulang?
  "Dari mana?
  "Kamu kenapa, Ta?"
  "Ja

• Bab 82

  "Kita bawa masuk saja, Tante. Di luar dingin."
  "Oh, ya-ya. Kau benar."
  Setelah dibawa masuk, Bu Farida

• Bab 83

  Di saat tengah melamun, dirasakan pundaknya ditepuk dari belakang, Agil dan Sidiq sudah duduk di seb

• Bab 84

  "Jangan cuma janji, tapi tepatilah."
  Rendy tersenyum. Ia memainkan ibu jari di tengah genggaman hanga

• Bab 85

  Bu Farida mengerti apa maksud dari gelengan kepala Rendy, seolah pikiran antara ibu dan anak itu sal

• Bab 86

  Keesokan harinya.
  Di dalam ruangan yang dingin, dengan bau obat yang senantiasa menguar di segala pen