Tag(s):
• Tidak setia
• Bigami
• Perceraian
• Keluarga

Pura-pura baik tapi diam-diam membagi hati. Siapa yang tidak sakit hati saat Agung tiba-tiba menduakan Cinta Indira. perempuan itu tak akan diam saja melihat kebiasaan buruk suaminya yang diam-diam membuatnya tidak percaya. sebagai wanita tegas penuh emosi Indira harus membongkar semuanya dan memberi pelajaran kepada suaminya. Baca sekarang!

Last Update

Editor´s Choice

Love You Dear

Lintang Aksara

Your Life for My Dream

Abishaag

caught between two alphas

Divah Dave

Dominating Desires

Xterian

Married to the Prince of Darkness

Rita Chioma

A MATE WITH TWO ALPHAS

Vickenzo writes

Recommendation

ONCE UPON A TIME IN HIGHSCHOOL and Other Stories

Moni Sky (M.B.N)

HER BROKENHEARTED BOSS: Mending His Broken Heart

Rejoice U Jason

Guide From The Past To A New Era

Anlhpermy

Desires of a Werewolf

Babidi

Anonymous

Dona

A Mate Not For Sale

Debbiewrites

Princess for 14 Days

SeAndStars

NIRVANA

selen

Werewolves Attack

Ana Emiya

How Love Play My Heart

Dbuiz_

Book Comment (335)Leave your comment on App

• 
  SilvaAline

  parabens amei o livro, super bom gostei demais

  1d

    0
• 
  Saya gusti balaSaya gusti

  ini bagus sekali buku novel yang paling bagus

  1d

    0
• 
  MuaroErik

  plis v

  1d

    0
• 
  CamalHeroe

  Saya jadi ingin marah

  13d

    0
• 
  Rahma Comel

  Sangt menarikk critanya

  22d

    0
• 
  DesipaRepa

  karakter suami emang kadang tidak bisa ditebak

  25d

    0
• 
  KamandanuArya

  terimakasih

  29d

    0
• 
  AyamSate

  sangat bagus

  06/08

    0
• 
  agustinaayu

  gcdchu

  02/08

    0
• 
  QaireenSyaihana

  ceritanya keren

  30/07

    0

• Total: 101

• Bab 1

  Brak!
  Pintu terbuka dengan sedikit kencang. Disusul suara langkah kaki yang seperti sengaja di henta

• Bab 2

  Tak ingin menunda waktu, segera kutarik handle pintu yang rupanya tidak terkunci. Seketika pintu ter

• Bab 3

  Bab 3
  Mau tahu rasanya, saat orang yang sudah sepuluh tahun membersamai kita, tiba-tiba dia berbuat c

• Bab 4

  Bab 4
  Aku kembali ke ruang tamu.
  Semuanya kini duduk di sofa ruang tamu.
  Mas Agung yang duduk selalu b

• Bab 5

  Bab 5
  Makanan yang tersaji di meja tidak lagi memberikan selera. Ternyata memang percuma aku menyiapk

• Bab 6

  Bab 6
  Jam satu siang. Mas Agung dan Adi tiba di rumah. Entah kebetulan atau tidak mereka pulang bersa

• Bab 7

  Bab 7
  "Kenapa kamu memberi pilihan yang sulit Indira?" Mas Agung bertanya dengan mimik muka yang terl

• Bab 8

  Bab 8
  Pagi ini aku sudah bersiap di dalam kamar bersama Mas Agung untuk menemui Zahra.
  Sejak tadi Mas

• Bab 9

  Bab 11
  Mas Agung terus menahan tanganku, membuatku kesal saja.
  "Apaan sih, Mas?" tanyaku kesal.
  "Kamu n

• Bab 10

  Bab 10
  Aku kembali ke rumah dengan perasaan kecewa karena tak berhasil membuntuti Mas Agung kemana pe

• Bab 11

  Bab 11
  Setengah satu siang, aku sampai di kafe tempat untuk janjian ketemu dengan Yuda. Tentu saja al

• Bab 12

  Bab 12
  "indira, tunggu!" Mas Agung terus mengejar sampai ke depan rumah Yuni, tapi tak kupedulikan.

• Bab 13

  Bab 13
  Suara Mas Agung tak terdengar lagi di luar, mungkin lelaki itu sudah pulang ke rumah Ibu Mertu

• Bab 14

  Bab 14
  Suara Ayah Mertua yang meninggi membuatnya terbatuk-batuk. Mungkin karena usianya yang sudah t

• Bab 15

  Bab 15
  Dengan segera, kubuka pintu kamar saat orang yang terus mengetuk pintu itu seperti tidak sabar

• Bab 16

  Bab 16
  Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah depan, tepat ketika aku dan Adi ten

• Bab 17

  Bab 17
  "Kayaknya ada yang lagi bertengkar di depan Bu," kata Adi sambil menghentikan suapannya.
  Aku pu

• Bab 18

  Bab 18
  Aku kembali ke kamar dengan perasaan sesak menahan kekesalan yang luar biasa. Seperti ada batu

• Bab 19

  Bab 19
  Usai mengadu pada Ibu Mertua, akhirnya aku pamit kepada mereka dan membawa Adi untuk jalan-ja

• Bab 20

  Bab 20
  Sudah dua jam lamanya, kami bertiga berkeliling berjalan-jalan dari satu toko ke toko lainnya,

• Bab 21

  Bab 21
  Apa sebenarnya yang dipikirkan lelaki itu hingga dia berani sekali menyuruhku untuk memasak ma

• Bab 22

  Bab 22
  Bu Dian yang telah kukirimi pesan sebelumnya, tiba di rumah bertepatan dengan saat Adi hendak

• Bab 23

  Bab 23
  "Mbak kan yang tadi masuk ke rumahku, terus mencuri uangku!" tuding Yanti sambil menunjuk te

• Bab 24

  Bab 24
  Aku segera pulang ke rumah saat mentari sore hampir tenggelam. Bersama dengan Adi diboncengan,

• Bab 25

  Bab 25
  Benar saja, pada akhirnya Mas Agung menuruti semua perintahku. Meskipun istrinya itu terlihat

• Bab 26

  Bab 26
  "Kenapa kalian diam?! Tunggu apa lagi, cepat bereskan sisanya yang belum tuntas," hardikku, me

• Bab 27

  Bab 27
  Waktu masih menunjukan pukul dua pagi, saat sayup-sayup terdengar suara desahan dari kamar tam

• Bab 28

  Bab 28
  Suara-suara teriakan dan gebukan masih bisa kudengar meski tak sekencang tadi. Karena sudah te

• Bab 29

  Bab 29
  Aku tengah menguleni adonan untuk dicetak ke beberapa tempat saat tiba-tiba Mas Agung mengajak

• Bab 30

  Bab 30
  Akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Mas Agung sampai di halaman rumah ibu mertua. Aku segera

• Bab 31

  Bab 31
  Lelaki bertubuh buncit dengan nafas ngos-ngosan itu terlihat menjatuhkan dirinya di sofa, samb

• Bab 32

  32.
  BUGH! BUGH!
  Berkali-kali kulayangkan bogeman, tendangan dan juga pukulan ke lelaki yang badannya p

• Bab 33

  Bab 33.
  Wanita bertubuh tambun dan gempal itu membawaku masuk ke dalam rumahnya, disusul oleh Adi dan

• Bab 34

  Bab 34
  "Indira, apa yang terjadi?" Mas Agung seperti terkejut sambil mendekat ke arahku. Beberapa saa

• Bab 35

  Bab 35
  Aku kembali ke dalam rumah saat berpapasan dengan Mas Agung tepat di depan pintu. Tampang lela

• Bab 36

  Bab 36
  Rasa lelah langsung mendera, saat barusaja aku menginjakkan kakiku di rumah. Cuaca hari ini y

• Bab 37

  Bab 37
  Terpaksa sebenarnya aku pergi ke tempat yang alamatnya telah di dikirim lewat aplikasi, setela

• Bab 38

  Bab 38
  "Lawan aku, sekarang!" Sengaja kubuka pintu gerbang selebar mungkin agar mereka tahu bahwa ber

• Bab 39

  Bab 39
  Waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi, ketika aku bersama dengan Adi menuju ke rumah ibu

• Bab 40

  Bab 40
  'Ada apa denganmu, Mas.'
  Kupandangi wajah lelaki yang selama sepuluh tahun itu pernah menjadi p

• Bab 41

  Bab 41
  "Mbak, bisakah kita bicara sebentar." Yuni berdiri dengan perasaan sulit kuartikan.
  Aku menelan

• Bab 42

  Bab 42
  "Yi--Yuni?!" Mata Zahra menatap tajam ke arahku, saat Yuni turun dari mobil dan melangkah cepa

• Bab 43

  Bab 43
  Aku mengernyitkan keningku bingung melihat Yuda yang seperti tersenyum entah tengah menertawak

• Bab 44

  Bab 44
  Pada akhirnya keadaanku bener-bener memburuk. Meski tidak benar-benar pingsan, tapi aku merasa

• Bab 45

  Bab 45
  Tiga hari ini, benar-benar kuhabiskan waktuku untuk berbaring dan beristirahat di kamar. Bu De

• Bab 46

  Bab 45
  "Apa maksud semua ini, Mas." Kutatap Mas Agung yang masih menunduk. Seakan bicara denganku ada

• Bab 47

  Bab 47
  Satu bulan kemudian.
  Aku menghela nafas lega sekaligus melonggarkan rasa sesak yang berat di da

• Bab 48

  Bab 48
  Aku masih berdiri di tempatku sambil memperhatikan dua orang yang terus menekan bel hingga men

• Bab 49

  Bab 49
  "Aku yakin ini ada hubungannya dengan Agung, ataupun keluarga Zahra waktu itu." Yuda mengacak

• Bab 50

  Bab 50
  Pagi menjelang siang itu, suasana di toko kue milikku terlihat ramai oleh beberapa pengunjung

• Bab 51

  Bab 51.
  "Mbak."
  "Hm …."
  "Mbak ih," kata Yuda entah sudah keberapa kalinya. Sepertinya dia kesal karena

• Bab 52

  Bab 52
  Entahlah aku tidak ingin berpikir lebih jauh lagi, yang jelas kata seperti itu tidak pantas di

• Bab 53

  Bab 53
  Adi sudah pulang saat tadi dijemput oleh Bu Dewi. Wanita itu khawatir jika Adi terlalu lama di

• Bab 54

  Bab 54
  "Itu tidak benar, Mas. Kamu jangan main-main!" Yanti seperti mengelak, sedangkan Yuda semakin

• Bab 55

  Bab 55
  "Indira, bangunlah, Indi … Mas datang untuk menemuimu."
  "Indira …."
  "Indira … bangun dan bicaral

• Bab 56

  Bab 56
  Entah apa yang kupikirkan dan apa yang kulakukan itu benar atau salah. Yang jelas bayang-bayan

• Bab 57

  Bab 57
  Bisa kudengar dengan jelas saat pintu dibuka secara perlahan, lalu langkah kaki itu terasa sem

• Bab 58

  Bab 58
  "Terima kasih untuk semuanya, Yuda. Tapi kukatakan sekali lagi kepadamu, ini semua tidak mudah

• Bab 59

  Bab 59
  Siang itu Bu Dewi dan Ibu serta Adi datang berkunjung. Mereka tersenyum saat menghampiri Yuda

• Bab 60

  Bab 60
  "Bu Indira, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Aku menatap lelaki yang berdiri di hadapan

• Bab 61

  Bab 61.
  Aku masih memperhatikan lelaki yang terikat tali dan meringkuk di sudut ruko. Beberapa saat y

• Bab 62

  Bab 62.
  Sore harinya Yuda benar-benar mengantarkanku untuk kontrol ke dokter Leo. Lelaki itu membantu

• Bab 63

  Bab 63.
  "Tante Indira?"
  "Iya, kamu bisa memanggilnya demikian. Cantik bukan?" Lelaki yang berdiri di s

• Bab 64

  Bab 64.
  "Ayo dimakan lagi kuenya, kamu pergi sampai buat Amara sedih, lho." Aku tersenyum canggung pa

• Bab 65

  Bab 65.
  "Mbak!!"
  Aku langsung menoleh ke sumber suara. Yuda berdiri di sana dengan dada naik turun sep

• Bab 66

  Bab 66.
  Pov Yuda
  Namaku Yuda, masih bujangan. Saat masih kuliah, aku sudah mulai berbisnis makanan yan

• Bab 67

  Bab 67
  Aku terus saja melirik ke arah Yuda yang duduk di samping kemudi. Kuakui lelaki di sebelahku i

• Bab 68

  Bab 68
  Suasana yang sejuk dan asri membuat siapapun betah berlama-lama berada di tempat ini. Apalagi

• Bab 69

  Bab 69
  Mendung menghiasi langit kota tengah hari ini. Sepanjang perjalanan aku tidak membuka suara da

• Bab 70

  Bab 70
  Kupandangi langit yang terlihat biru. Hari ini cuaca cukup cerah meski sesekali matahari tertu

• Bab 71

  Bab 70
  "Aku sudah berulang kali memperingatkanmu agar kamu menjauhi lelaki itu dan tidak terlalu bany

• Bab 72

  Bab 72
  Aku masih berdiri di teras ambil memperhatikan mobil Yuda yang tidak juga melaju pergi.
  Entah a

• Bab 73

  Bab 73
  "Ya Tuhan, Apa yang terjadi padamu, Mas? Kenapa aku sangat takut sesuatu yang buruk akan meni

• Bab 74

  Bab 74
  Hari beranjak malam. Keadaan Mas Agung tidak juga berubah, malah lelaki itu semakin menggigil

• Bab 75

  Bab 75
  "Apa tidak sebaiknya kamu menghubungi keluarganya, mengingat kondisi Agung saat ini, bapak tid

• Bab 76

  Bab 76
  Setiap manusia membawa takdirnya masing-masing. Hidup mati semua sudah digariskan oleh yang ku

• Bab 77

  Bab 77
  Pada akhirnya setelah memikirkan keadaan yang terjadi, aku memutuskan untuk menerima Yuni bek

• Bab 78

  Bab 78
  Aku menatap Andreas tak percaya saat ini, mendengar apa yang dituturkan oleh mulutnya barusan.

• Bab 79

  Bab 79
  Angin dingin berhembus di penghujung bulan September, saat terdengar suara ketukan pintu dari

• Bab 80

  Bab 80
  Akhirnya sampai juga ke tempat yang dituju. Disana Andreas dan Amara sudah menunggu.
  "Indira ….

• Bab 81

  Bab 81
  Pelukan Yuda terasa tenang, saat dia menyergapku masuk ke dalam pelukannya, membuat sanubariku

• Bab 82

  Bab 82
  "Meskipun Mas Agung memilih menyerahkan semua itu pada kamu dan anakmu, tapi kalian tidak sepe

• Bab 83

  Bab 83
  "Mbak Indira, ada perkelahian di depan." Anton, salah seorang pegawai di toko yang tadi pamita

• Bab 84

  Bab 84
  "Bedeb*h!" Andreas dan Yuda saling menarik kerah kemeja masing-masing, dan bersiap saling memu

• Bab 85

  Bab 85
  Dia yang seharusnya berada di dalam penjara dan menghabiskan waktu menjalani masa hukumannya s

• Bab 86

  Bab 86
  Selepas kepergian dua orang pengacara itu, aku menatap ke arah Yanti yang masih berdiri di ter

• Bab 87

  Bab 87
  "Ibu ….!"
  Baru saja aku bisa menormalkan detak jantungku, dari arah luar Adi tampak berlari ber

• Bab 88

  Bab 88
  Kulambaikan tangan pada Adi yang baru saja menaiki ojol langganannya bersama dengan Dea.
  Hari i

• Bab 89

  Bab 89
  "Kau tahu, Indira, setelah kupikirkan baik-baik, ternyata aku memang menyukai gayamu yang sedi

• Bab 90

  Bab 90
  "Kau datang kemari karena kau sudah mendapatkan uang itu, bukan? Jangan serakah, Indira. Kau t

• Bab 91

  Bab 91
  "Aku kecewa, Indira. Aku benar-benar kecewa."
  "Kurasa itu bukan urusanku, Andreas. Kau mungkin

• Bab 92

  Bab 92
  "Jangan lakukan hal ini padaku, Yuda. Atau kamu akan menyesal!" Anisa berteriak histeris dan t

• Bab 93

  Bab 93
  [Mbak, kamu harus hati-hati karena Yanti bunuh diri di penjara dengan cara mengiris urat nadin

• Bab 94

  Bab 94
  Masuk ke salah satu rumah sakit terbesar di tempat ini. Aku mengikuti jejak langkah Yuda yang

• Bab 95

  Bab 95
  Aku terus berlari melewati lorong demi lorong di rumah sakit yang bertingkat ini. Rasanya tera

• Bab 96

  Bab 96
  Akhirnya sampai pada di hari H. Pernikahan itu tetap digelar karena tak mungkin membatalkannya

• Bab 97

  Bab 97
  Yuda tampak gagah saat berdiri bersisian di sampingku dengan wajah bahagianya.
  Sesekali pria it

• Bab 98

  Bab 98
  Akhirnya resepsi itu selesai juga, ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam. Para undangan

• Bab 99

  Bab 99
  Aku tertegun di tempatku. Tak menyangka dengan pesan yang kubaca barusan. Apakah Yanti sengaja

• Bab 100

  Bab 100
  Mini POV Yuda
  Kutatap layar ponsel yang terus-terusan menyala. Panggilan dan pesan terus masuk

• Bab 101

  Bab 101
  Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, keadaanku mulai sedikit membaik. Rasa nyeri di