Total : 57Chapter 1 Perempuan Bermata Biru
TBE 01 Rinai hujan yang turun sejak sore hari membuat udara makin terasa dingin. Suasana di luar sang
readmore Chapter 2 Ketempelan
TBE 02 Semenjak saat itu Viana selalu hadir setiap hari. Terkadang dia muncul di waktu petang. Duduk
readmore Chapter 3 Menyempurnakan Jasad
TBE 03 Pagi hari menyapa dengan dinginnya udara yang menusuk. Embusan angin seolah-olah menerobos mas
readmore Chapter 4 Noni Belanda
TBE 04 Ucapan Viana kemarin sore kembali terngiang. Hal itu membuatku sangat penasaran dan ingin meng
readmore Chapter 5 Pagar Gaib
TBE 05 Malam ini keluarga Pak Tono akhirnya memutuskan untuk menginap di kamar bagian depan villa, te
readmore Chapter 6 Mirip
TBE 06 Titin yang sedang duduk di kursi ruang tamu, sontak berdiri saat melihat kami melangkah masuk.
readmore Chapter 7 Siapa Pria Itu?
TBE 07 Suara mobil yang memasuki pekarangan siang ini sontak membuatku mengintip dari balik gorden ka
readmore Chapter 8 Rumah Tersembunyi
TBE 08 Senyuman di wajah Viana melebar. Kemudian, dia menoleh ke belakang, seakan-akan memberi kode k
readmore Chapter 9 Apa Kamu Mau Ikut?
TBE 09 "Siap?" tanya Johan. Aku mengangguk. Menghela napas dan mengembuskannya perlahan. Mencoba mene
readmore Chapter 10 Aku Mencintaimu
TBE 10 "Ke mana?" tanyaku. "Tempat rahasia," jawab Viana, kembali dia mengedipkan sebelah mata dan me
readmore Chapter 11 Jaring
TBE 11 Tubuh Risty yang semula menegang, perlahan berubah sedikit relaks. Dia melepaskan diri sambil
readmore Chapter 12 Terperangkap
TBE 12 Kami terperangkap di dalam rumah. Berbagai usaha dilakukan Farid dan Johan untuk membuka pintu
readmore Chapter 13 Ikut Denganku
TBE 13 Di sebelah kananku, Opick tampak menggerak-gerakkan tangan sambil mengatur napas. Sesekali dia
readmore Chapter 14 Tasbih
TBE 14 Gelap! Semuanya tampak pekat. Aku hanya bisa menghirup bau apek khas tempat lembap. Aku mencob
readmore Chapter 15 Jalan Rahasia
TBE 15 Langit seolah-olah tidak mendukung kami untuk bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat. Hujan
readmore Chapter 16 Kejam
TBE 16 Degup jantungku berdetak lebih kencang saat orang tersebut jalan memutar ke belakang bangunan
readmore Chapter 17 Reinkarnasi
TBE 17 Suara orang mengobrol dalam bahasa Belanda bercampur dengan bahasa pribumi membuatku tersadar
readmore Chapter 18 Ingatan Terputus
TBE 18 Tuk, tuk, tuk, tuk. Tuk, tuk, tuk, tuk. Tanpa perlu bertanya, aku sudah tahu siapa yang telah
readmore Chapter 19 Bawa Aku Pergi
TBE 19 Aroma petrikor yang mengambang di udara, membawa keteduhan dan kenyamanan suasana. Suasana tem
readmore Chapter 20 Merindukanmu
TBE 20 Langit malam yang gelap menggantikan sore hari yang hangat. Rembulan bersembunyi di balik awan
readmore Chapter 21 Jiij Bent Mooi
TBE 21 Arunika menyapa hari dengan lembut. Angin sejuk sisa hujan kemarin masih cukup menusuk kulit.
readmore Chapter 22 Jangan lama-lama
TBE 22 Acara makan siang berlangsung dalam diam. Pikiran yang penuh membuatku kehilangan selera dan h
readmore Chapter 23 Lunas Kalau Jadi Menantu
TBE 23 Dewi malam kembali bersembunyi. Bintang pun ikut berselimut pekatnya langit. Suasana hening di
readmore Chapter 24 Senang Memperdayai Perempuan
TBE 24 "Apa kabar, Di?" tanya pria berkumis tipis yang tengah berdiri dengan jarak dua langkah dariku
readmore Chapter 25 Takdir
TBE 25 "Jangan lakukan itu lagi, Vi!" tegasku saat Viana baru selesai memarkirkan kendaraan tepat di
readmore Chapter 26 Ibuku dan Ibunya
TBE 26 Sentuhan di lengan dan suara lembut membangunkanku. Sambil mengerjap-ngerjapkan mata aku memin
readmore Chapter 27 Kumparan Waktu
TBE 27 Aku terjebak! Kumparan hitam ini membanting tubuhku ke sana ke sini. Napas mulai terengah-engah
readmore Chapter 28 Satu Kesatuan
TBE 28 Hari berganti dengan adegan lambat. Kurasa demikian, karena aku hanya bisa melihat pergantian
readmore Chapter 29 Menemui Haryadi
TBE 29 Om Mulyana mengupah beberapa orang pekerja untuk membersihkan vila sejak tadi pagi. Siang ini,
readmore Chapter 30 Rahasia Peter Gantala
TBE 30 Aku berdiri dan beranjak mendekati pria tersebut, mengatupkan kedua tangan di depan dada, menu
readmore Chapter 31 Makam Tersembunyi
TBE 31 Matahari sudah merangkak naik saat aku terbangun. Mengerjapkan mata beberapa kali untuk membia
readmore Chapter 32 Anak Siapa?
TBE 32 Pria bertubuh tinggi besar tersebut masih berdiam diri di atas pagar. Sinar dari samping kanan
readmore Chapter 33 Perlindungan Viana
TBE 33 Aku menunjuk ke sebelah kiri rumah. Johan mengangguk tanda mengerti maksudku. Kami mengendap-e
readmore Chapter 34 Rumah Abadi
TBE 34 Matahari mulai beranjak naik saat tim dari kepolisian tiba di villa. Beberapa petugas dari kel
readmore Chapter 35 Jangan Pergi Lagi, Mas!
TBE 35 Perjalanan kembali ke Jakarta kali ini membuatku merasa sedikit sedih. Terutama setelah proses
readmore Chapter 36 Brownie
TBE 36 Hiruk pikuk Kota Jakarta kembali membuatku pusing. Setahun tidak terjebak kemacetan menjadikan
readmore Chapter 37 Jangan Sampai Lepas!
TBE 37 Angin yang bertiup kencang tidak menyurutkan niatku untuk terus bertahan duduk di kursi teras
readmore Chapter 38 Jangan Menunda-nunda
TBE 38 "Apa Viana menemui Mas?" tanya Risty, sesaat setelah kami berada di mobil. Aku tidak langsung m
readmore Chapter 39 Diciumin Hantu
TBE 39 Aroma harum yang menguar mencapai hidungku yang sensitif. Aku membuka mata dan memindai sekita
readmore Chapter 40 Tabir Cints
TBE 40 Acara kencan yang tertunda dari minggu lalu akhirnya bisa terealisasi. Aku menggandeng tangan
readmore Chapter 41 Kado
TBE 41 Angin berembus lembut menerpa kulit. Daun-daun bergoyang dan beberapa helai terjatuh serta mel
readmore Chapter 42 Pulang
TBE 42 Wajah pucat kesi Viana membuatku iba dan sangat menyesal telah melukai hatinya. Seharusnya sem
readmore Chapter 43 Maksa
TBE 43 Aroma kopi yang harum menguar hingga menyentuh hidung dan membuatku terjaga. Setelah mata memb
readmore Chapter 44 Balasan
TBE 44 Mobil baru saja memasuki pekarangan rumah besar itu ketika belasan pekerja di bagian depan ser
readmore Chapter 45 Dunia yang Berbeda
TBE 45 Aku terus memperhatikan pria yang tengah mengintip ke bagian dalam mobil. Terdorong rasa penas
readmore Chapter 46 Pria Kesepian
TBE 46 "Jadi, kakek Haryadi dan Viana tidak pernah kembali ke Bogor lagi?" tanya Risty, sesaat setela
readmore Chapter 47 Jarang Bilang Sayang
TBE 47 Sepanjang hari itu otakku berputar untuk menggali ingatan di mana aku pernah bertemu dengan ke
readmore Chapter 48 Pernikahan Impian
TBE 48 Viana merentangkan jemari tangan kanan dan menggeleng, seakan-akan menolakku untuk mendekatiny
readmore Chapter 49 Menguasai Hati Sepenuhnya
TBE 49 Aku mengamati saat Risty jalan memasuki kamar mandi sambil menunduk. Senyumanku mengembang kar
readmore Chapter 51 Kain Biru
TBE 50 Aku menyusuri lorong remang-remang dengan banyak pintu di kanan dan kiri. Sekali-sekali tangan
readmore Chapter 52 Satu Peristiwa Besar
TBE 51 "Kata Bibi, di rumah itu memang ada orangnya. Tapi jarang keluar," ujar Risty, sesaat setelah
readmore Chapter 53 Bersekutu Dengan Iblis
TBE 53 Pembicaraan dengan Viana beberapa hari lalu masih terngiang di telinga. Aku kembali merunut pe
readmore Chapter 54 Firasat
54 Ruangan luas ini terasa sunyi. Hanya detak jam dinding besar model zaman dulu yang berada di dekat
readmore Chapter 55 Perang Terakhir
55 Mobil yang dikemudikan Johan berhenti di depan pagar rumah besar model lama. Aku mengintip dari ba
readmore Chapter 56 Kekuatan Hati dan Cinta
56 Malam kian larut. Aku mengajak Risty beristirahat di kamar depan. Sementara Johan dan Opick masih
readmore Chapter 57 Serang Lagi! Cepat!
57 Mobil tiba-tiba terdorong dan menabrak tunggul-tunggul pohon sebelum akhirnya berhenti di dekat sa
readmore Chapter 58 We Zien Elkaar Weer
58 "Ini pertemuan kita yang terakhir, Anto," lirih Viana sembari mengurai pelukan dan menatapku saksa
readmore
1000
20/07
0udara di vila tidak menentu. kadang panas kadang dinggin
08/06
0keren banget ceritanya
13/04
0ceritany bagus bangat
21/03
0good
10/02
0bagus
01/08/2023
0good
19/04/2023
0saya suka ceritanya
07/02/2023
0keren
08/01/2023
0mantaap eko
12/10/2022
0