Total : 86Chapter 1 Hadiah
Kita manusia. Dilahirkan untuk disukai dan tidak disukai. Kita juga tidak bisa memilih lahir dari ra
readmore Chapter 2 Undangan Makan Malam
Kejadian di kafe kemarin soal Jerry bukanlah hal pertama dan satu-satunya bagiku. Jerry sudah sering
readmore Chapter 3 Telepon dari Siapa?
Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Kafe tidak begitu ramai sejak pagi. Aku bisa bersan
readmore Chapter 4 Pertemuan
Mobil Jerry melaju dengan pelan. Membelah keramaian kota di malam hari. Di kota ini, hilir mudik ken
readmore Chapter 5 Ada Apa?
Hari ini hari Sabtu. Dimana biasanya kafe ramai pengunjung. Begitu banyak orang yang ingin bersantai
readmore Chapter 6 Kado Permintaan Maaf
Sore harinya saat aku sedang tidak sibuk melayani pengunjung, aku menghampiri Daniel. Rupanya dia se
readmore Chapter 7 Tanpa Ada Jawaban
Hari-hari berlalu tanpa ada jawaban dari Jerry, kenapa dia tiba-tiba memberikan sebuah kado sebagai
readmore Chapter 8 Kekhawatiran Itu
Sayup-sayup terdengar lagu Titip Rindu Buat Ayah karya Ebiet G. Ade yang dilantunkan oleh beberapa p
readmore Chapter 9 Keceplosan
Selesai melalui beberapa pemeriksaan dokter, akhirnya aku di anjurkan untuk rawat inap. Mengingat su
readmore Chapter 10 Eh?
Akhirnya pada hari ketiga, keadaanku sudah pulih. Dokter mengizinkan aku pulang. Hatiku sangat senan
readmore Chapter 11 Rival
Meskipun keadaanku telah kembali pulih, tapi hari ini Pak Wira belum mengizinkan aku masuk kerja. Di
readmore Chapter 12 Separuh Hatiku
Semenjak kejadian di restoran tadi, aku lebih banyak diam. Rasanya malas untuk membuka suara. Mbak C
readmore Chapter 13 Perhatian
'Memaafkan itu mudah. Tapi, menghilangkan bekas luka itu sulit. Mengenalmu adalah bahagiaku. Mencint
readmore Chapter 14 Bapak Sakit
Setelah beberapa jam berada di dalam mobil. Akhirnya aku menginjakkan kakiku di halaman sebuah rumah
readmore Chapter 15 Kekhawatiran dan Harapan
Pukul 20.00 malam, aku mengambil ponsel dari dalam tas. Ponsel yang sengaja kunonaktifkan sejak pagi
readmore Chapter 16 Ada Apa Dengan Yanan?
Malam beranjak larut. Namun mataku belum juga terpejam. Aku gelisah. Kepikiran soal sakitnya Bapak. R
readmore Chapter 17 Cita-cita
Sore, saat matahari hampir kembali ke peraduannya, Ibu dan Yanan datang ke rumah sakit. Tampak Yanan
readmore Chapter 18 Bapak Sembuh
Hari ini, Bapak diizinkan pulang dari rumah sakit. Aku sudah mencari sewaan mobil tadi pagi. Syukurl
readmore Chapter 19 Rumahku Surgaku
Suara ayam berkokok membangunkanku dari mimpi indah. Cepat sekali waktu di malam ini. Perasaan baru
readmore Chapter 20 Tanah Kelahiran
Ini malam ke sekian setelah aku berada di kampung halaman. Udara terasa begitu dingin. Kampungku ter
readmore Chapter 21 Menyusul ke Kampung
Tak ada yang membuka suara ketika aku dan Jerry duduk di ruang tamu. Ya, hanya berdua. Bapak, Ibu, d
readmore Chapter 22 Jalan-jalan
Saat ini aku dan Jerry berada di sebuah curug yang tak jauh dari rumah. Kira-kira hanya 15 menit den
readmore Chapter 23 Jalan-jalan (2)
Di pinggir jalan menuju curug. Banyak pedagang makanan yang menjajakan aneka makanan dan minuman kha
readmore Chapter 24 Kebaikan
Sepulang dari mengantar Jerry jalan-jalan keliling kampung, aku langsung menuju meja makan setelah m
readmore Chapter 25 Ibu
Usai sarapan, Yanan langsung pamit pergi ke sekolah. Diantar Jerry, tentunya. Adikku itu terlihat sa
readmore Chapter 26 Bertahan atau Melepaskan
Serapat apapun menutupi suatu kebohongan, pasti ada saatnya nanti akan terbongkar. Manusia bisa saja
readmore Chapter 27 Balik
Aku belum bisa memutuskan. Apakah aku tetap bertahan atau melepaskan hubungan, yang sebenarnya terli
readmore Chapter 28 Budak Cinta
Aku baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Tak lupa kupakai skincare untuk merawat apa yang s
readmore Chapter 29 Kembali ke Kota
Di kamar, aku sedang memasukkan baju-baju ke dalam koper. Juga mengemasi barang-barang lainnya yang
readmore Chapter 30 Keluarga Jerry
Perjalanan yang kutempuh selama beberapa jam terasa sangat melelahkan. Selama berada di dalam bus, a
readmore Chapter 31 Daniel
Aku merasakan sesuatu yang dingin mengenai wajahku yang masih terpejam. Lelap tidurku terganggu, mem
readmore Chapter 32 Malaikat-malaikat Penolong
Cukup lama aku berada di kafe. Duduk, main ponsel, sambil melihat teman-temanku bekerja. Maaf, ya ka
readmore Chapter 33 Jerry Sakit
Sesampainya di rumah Jerry, aku segera turun dari mobil. Begitu pula dengan Daniel. Bang Abdul, satp
readmore Chapter 34 Posesif
Aku tiba di kafe bersamaan dengan Arinda. Kami sama-sama menggunakan ojek online. Bisa dibilang aku
readmore Chapter 35 Menjenguk Jerry
Setiap manusia pasti punya masalah. Besar atau kecil tergantung manusia itu sendiri. Bagaimana cara
readmore Chapter 36 Tawaran
Malam yang dingin membawaku larut dalam asumsi. Berbagai terkaan memenuhi isi kepala. Terlalu penuh
readmore Chapter 37 Mencari Informasi
Jam di ponsel menunjukkan pukul 16.37 sore. Aku dan Daniel bersiap-siap akan pergi ke rumah Dokter R
readmore Chapter 38 Mencari Informasi (2)
Keheningan tercipta selama beberapa saat. Pikiranku melayang, memikirkan Jerry. Dokter Reinhard dan
readmore Chapter 39 Cermin
Dua hari berlalu setelah aku pergi ke rumah Dokter Reinhard. Belum sempat menemui Jerry. Lebih sibuk
readmore Chapter 40 Kejujuran
Malam hari. Jam tujuh kurang lima menit. Aku dan Jerry duduk berhadapan di sofa ruang tamu, di rumah
readmore Chapter 41 Salam Pagi
Pagi ini aku sengaja bangun lebih awal. Di luar masih tampak gelap dan udara masih terasa dingin. Mu
readmore Chapter 42 Just Friend
Ojek online yang mengantarku telah sampai di halaman kafe. Aku segera turun. Melepas helm dan menyer
readmore Chapter 43 Kepercayaan
Sang mentari telah kembali keperaduannya. Sinar jingga senja telah berganti dengan temaram gelap mal
readmore Chapter 44 Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba
Jika boleh memilih, aku ingin kembali ke masa kecil. Masa dimana aku hanya menghabiskan waktu dengan
readmore Chapter 45 Pertama dan Terakhir
Seminggu setelah Jerry menuduhku selingkuh dengan Daniel. Aku tak menghubungi atau pergi ke rumahnya
readmore Chapter 46 Aku, Daniel dan Dokter Reinhard
Dengan langkah cepat aku keluar dari kafe. Hendak mengambil ponsel dari dalam tas. Untuk memesan oje
readmore Chapter 47 Setelah Putus
Setelah keputusanku malam itu, tepatnya seminggu yang lalu aku tak pernah bertemu dan menghubungi Je
readmore Chapter 48 Jerry VS Daniel
Pagi ini aku berangkat ke kafe dengan penuh semangat. Meskipun kemarin sempat bertemu Jerry, namun r
readmore Chapter 49 Cerita Senja
Jika ditanya tentang perasaanku saat ini, tentu saja aku tidak tahu. Sedih, tidak. Bahagia, juga tid
readmore Chapter 50 Kedatangan Mantan
Pagi hari usai mandi, berganti pakaian dan berdandan ala kadarnya, aku turun ke lantai bawah. Melang
readmore Chapter 51 Keluarga Mantan
Jam di layar ponsel menunjukkan angka 18.37 menit. Sejak satu jam yang lalu tidak ada pengunjung yan
readmore Chapter 52 Pesan dari Hati
Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Tidak bersuara. Fokus memandang derasnya guyuran air hujan dari
readmore Chapter 53 Ajakan Menikah
"Yoora? Hei, kamu disini?" Suara seseorang mengagetkanku. Aku menghentikan pergerakan tangan dari po
readmore Chapter 54 Permintaan Mama Jerry
Aku diam, tertegun. Bertatap dengan wajah tampan itu membuatku ingin segera memalingkan wajah. Namun
readmore Chapter 55 Fitting Baju
"Mbak Yoora, pagi-pagi udah disamperin calon mertua aja nih. Ada apa? Mau cepat-cepat dinikahin ya?
readmore Chapter 56 Teringat Mantan
Selesai fitting baju, kami mampir di sebuah restoran mewah. Kami akan makan malam disana. Sepertinya
readmore Chapter 57 Di Rumah Mantan
Kurang lebih 20 menit, sampailah mobil di halaman rumah mewah bertingkat. Aku segera turun usai mele
readmore Chapter 58 Curhat
"Nyonya, maaf kalo saya lancang mengatakan ini. Kelihatannya Mas Daniel suka sama Mbak Yoora. Apa be
readmore Chapter 59 Ikhlas itu Sulit
Pagi ini aku minta libur lagi. Karena ingin pergi ke rumah sakit menjenguk Jerry. Aku ingin tahu kea
readmore Chapter 60 Pernikahan Mantan
Tak terasa, hari ini adalah hari pernikahan Harvey dan Griselda. Harvey--mantan tunanganku- kini aka
readmore Chapter 61 Pernikahan Mantan (2)
Malam hari saat resepsi tahap kedua, aku pun masih ikut dirias. Resepsi malam ini dengan gaya intern
readmore Chapter 62 Tentang Dia
"Apa? Jadi kamu sudah putus dengan Jerry?" tanya Bapak pagi ini. Mukanya memerah. Kami sedang berada
readmore Chapter 63 Terjebak
Tiga hari sejak pernikahan Harvey dan Griselda. Bapak dan Ibu sudah balik ke kampung. Pak Kardi yang
readmore Chapter 64 Jatuh Cinta itu Tidak Salah
Daniel membangunkanku kala hujan sudah mereda. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya, aku mengikuti
readmore Chapter 65 Bertemu Ibram
Kini, aku sudah duduk di samping Daniel. Tante Santi menatapku, hingga membuatku kikuk. Tiga cangkir
readmore Chapter 66 Senyummu, Lukaku
Sudah berhari-hari Daniel tidak datang ke kafe. Mengirim pesan dan telepon pun tidak. Secara tidak s
readmore Chapter 67 Cemburu
Pagi ini aku berangkat dengan ojek online. Aku terlambat datang karena bangun kesiangan. Beberapa ha
readmore Chapter 68 Pilihan Hati
Aku masih berada di rumah Daniel. Menikmati makan malam bersama keluarganya. Daniel sendiri masih is
readmore Chapter 69 Mengembalikan Jaket
Alunan musik klasik mengalun indah, memenuhi indra pendengaran. Live music di kafe ini benar-benar m
readmore Chapter 70 Rasa Ini
Senja. Hadirnya hanya sebentar. Namun jutaan manusia menunggu kehadirannya. Rona jingganya mampu men
readmore Chapter 71 Benih-benih Cinta?
Hari demi hari. Minggu demi minggu. Waktu terus bergulir. Mbak Claudia sudah menikah. Ini bulan keem
readmore Chapter 72 Benih-benih Cinta (2)
"Makasih ya?" ucapku. Saat ini kami sudah sampai di rumah. "Iya. Habis ini bersih-bersih, terus tidur
readmore Chapter 73 Bunga Yang Diterima
Kalian tahu, hal apa yang selalu membuatku tersenyum? Ya, benar. Senyum orang-orang sekitar. Melihat
readmore Chapter 74 Cincin
Bangun tidur aku langsung menatap buket bunga mawar putih pemberian Daniel, yang kuletakkan di atas
readmore Chapter 75 Ketahuan Bermesraan
Setelah memilih cincin untuk sang gadis. Aku pun diminta pendapat saat Daniel memilih cincin untuk d
readmore Chapter 76 Saat Tak Ada Disisi
Satu bulan berlalu sejak aku diajak untuk membeli cincin. Daniel tidak lagi datang ke rumah untuk me
readmore Chapter 77 Bukan Pacar
"Mmm ... Tante, kalau boleh tahu kita mau kemana?" tanyaku memberanikan diri. "Ke rumah teman saya. A
readmore Chapter 78 Ya, Aku Bersedia
Gita bilang jika aku gadis yang akan dilamar dan dinikahi oleh Daniel. Dan aku tidak merasakan hal i
readmore Chapter 79 Lulus
Satu bulan berlalu setelah kedatangan keluarga Om Henry ke kampung halaman untuk melamarku. Juga kel
readmore Chapter 80 Kecelakaan
Hari ini hari Sabtu. Rencana, kami akan melakukan pengukuran baju di butik. Daniel akan menjemputku
readmore Chapter 81 Godaan Sebelum Pernikahan
Sejak Daniel kecelakaan dan dirawat di rumah sakit, aku rutin menjenguknya. Aku akan membawakan maka
readmore Chapter 82 Godaan Sebelum Pernikahan (2)
"Eh, Yoora, gila ya kamu! Kamu itu sebentar lagi mau menikah. Masih juga peluk-pelukan sama mantan.
readmore Chapter 83 Godaan Sebelum Pernikahan (3)
Rasa sesak di dada membuatku memutuskan keluar dari ruangan. Tak kuhiraukan panggilan Daniel yang me
readmore Chapter 84 Penjelasan
"Jadi ini yang kemarin bikin kamu nangis?" Aku diam. Masih fokus pada lalu lalang kendaraan di jalan,
readmore Chapter 85 Nasihat Sebelum Pernikahan
Lima hari setelah Daniel pulang dari rumah sakit. Ia mengajakku ke pantai. Dan kami berangkat saat h
readmore Chapter 86 Jodoh itu Dekat
Sepulang darifitting baju, Daniel mengajakku ke pantai lagi. Bapak dan Ibu langsung minta ikut mobil
readmore
👍👍👍
10h
0baguss good
12h
0𝑜𝑘𝑒
5d
0tulisan enak banget
6d
0kelass
7d
0good
9d
0bagus banget aplikasi ini membuat aku kaya raya
10d
0bagus ceritanya
12d
0kurang
12d
0okeeee
14d
0