Tag(s):
• Pernikahan yang diatur
• Keluarga
• Heteroseksual
• Pornografi
• Kekerasan

Iren tidak punya pilihan lain, ia harus menuruti perintah orang tuanya untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal. Ia tidak bisa berkelit. Mama dan saudara tirinya sudah bersekongkol untuk menekan papa kandungnya agar mau mengorbankan Iren sebagai penebus hutang yang tidak bisa mereka bayar. Sedangkan Iren mempunyai ketakutan sendiri terhadap laki-laki. Apa penyebab trauma tersebut? Bagaimana pula kehidupannya setelah menikah? Tap love, komen dan subscribe untuk mendukung karyaku ini. Karena dukungan dari kalian sungguh sangat berarti dan memberikan semangat yang luar biasa untukku. Terima kasih.

Last Update

Editor´s Choice

Guide From The Past To A New Era

Anlhpermy

DEEPEST DESIRE

Swt Neetarh

You Are My Savior (English)

AtengKadiwa

Shattered Castle

bright

The Next Alpha

Harmeen

Unexpected Bond

ASDadore

Recommendation

Scorching Goddess

_TRAVANGEL_

The martial lord

supremeking

Breaking The Guardian's Curse

ChoJoyce

Love In Campus

TayaMoritz

Unexpected Bond

ASDadore

ENRAGED SOUL

Otu Harriet

I will find you

Mizumage

Recasting Arrows

shespeaks

The Two Timer

Your Wet Chinless Author

The Story of Dystopia

Moody Moody

Book Comment (191)Leave your comment on App

• 
  Putri Nur Topan

  bagus

  11h

    0
• 
  Marialldika Sae

  lanjut kk

  4d

    0
• 
  Caca New

  bgus

  31/07

    0
• SumarnaRayhan

  oke

  16/07

    0
• 
  RELPAREL

  baik sabar dan ikhlas

  29/06

    0
• 
  WiliantoIrvan

  bisa narik brp

  24/06

    0
• 
  FadilaFaola

  sangat baguss 🤗

  15/06

    0
• 
  PaanCuzyx

  bagus sekali

  22/05

    0
• 
  Rachmayati

  Tertarik kelanjutannya

  21/05

    0
• 
  AzharFatih

  baguss

  14/05

    0

• Total: 72

• Harus Menerima

  “Seperti apa yang kalian janjikan kepadaku, kita akan melangsungkan pernikahan antara Iren dan Daffi

• Harapan yang Semu

  “Kamu akan baik-baik saja. Percaya sama Om.”
  Di dalam kamar yang hening, aku berusaha memenangkan dir

• Dia Tau? Kenapa Mau?

  Pelaminan sudah di depan mata. Mas Daffin sudah duduk di kursi yang disediakan khusus untuk mengikra

• Dia Sengaja, Atau?

  Laki-laki berjas hitam itu mulai melangkahkan kakinya pergi dari tempat ini. Wajahnya pun tanpa eksp

• Perlakuan Mas Daffin

  “Nah, akhirnya pasangan pengantin mau ikut sesi pemotretan juga. Kalian ini sukanya aneh-aneh saja d

• Kejadian Tidak Terduga

  “Iren sayang, akhirnya pernikahanmu selesai juga. Aku bingung harus merasakan kebahagiaan atau malah

• Om Satya

  Setelah mengemas barang-barang milikku, Mas Daffin menyuruhku untuk bergegas pergi ke mobil. Aku men

• Malam Pertama

  Mas Daffin bergeming dan melihatku sekilas. Apa ia tidak ingin menjawab pertanyaanku tadi?
  “Dia itu o

• Sekamar tapi Tak Seranjang

  “Iren! Kamu baik-baik saja ‘kan!” Mas Daffin kembali berteriak dan terus menggedor pintu.
  Aku terbang

• Selalu Dimanfaatkan

  “Iren, sekarang kamu sudah jadi orang kaya. Hidupmu pasti bahagia. Kamu jangan lupa sama Mama. Setia

• Kamu Marah?

  “Iren? Kamu mau ngapain di depan kamarku?”
  Tanganku yang sudah menggenggam gagang pintu, kini berangs

• Ternyata

  “Alhamdulillah, Bu, sekarang sudah baik-baik saja. Mas Daffin baik banget kok. Sama baiknya seperti

• Pemalu tapi Menyebalkan

  “Kami beda kamar, Bu. Aku yang memintanya.” Tanpa ragu Mas Daffin menjawab pertanyaan Ibu.
  “Apa kalia

• Belum Terjawab

  “Iya, Ibu tau, kamu pasti sangat menderita. Ibu nggak bisa membayangkannya, Ren. Kamu benar-benar ku

• Kebahagiaan yang Nyata

  “Iya, Bu, aku sangat senang bisa masuk sebagai bagian keluarga ini. Aku nggak menyangka bisa mendapa

• Bertemu

  Tentu saja aku terkejut melihat Mama Rita ada di mall ini. Ia ditemani oleh anak kesayangannya, Mbak

• Terluka

  “Nggak usah, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menawarkan bantuan. Permisi.”
  Setelah badanku ber

• Ucapan Manis Mas Daffin

  “Iren, kamu baik-baik saja kan? Aku sangat khawatir dengan keadaanmu. Maafkan aku, Ren.”
  Wajah tampan

• Tamu Tak Diundang

  “Ngapain kamu di sini, Om? Mengganggu orang saja.”
  Mas Daffin berbicara ketus saat mengetahui ada Om

• Om Satya Memaksa

  Aku melirik sejenak dan kembali melempar pandangan ke arah lain. Orang yang baru saja bertanya adala

• Alasan Om Satya

  POV Daffin
  ***
  “Apa yang Iren pikirkan sih? Bukankah dia yang bersalah? Kenapa dia yang terlihat marah

• Rahasia yang Mulai Tersingkap

  Meski sudah terbangun, aku sengaja tidak bangkit dari kasur. Aku sengaja berpura-pura tidak mendenga

• Ketulusan Cintanya

  “Tunggu, Mas. Apakah ucapanmu tadi benar?” tanyaku sembari bangkit dan duduk memandangnya.
  Mas Daffin

• Tidur Seranjang

  “Kamu masih ingin mendengarkan ceritaku? Belum ngantuk?” tanyanya sambil mengernyitkan dahi.
  “Belum,

• Sangat Memalukan

  POV Daffin
  ***
  Mulut Daffin berdecak sambil berkata, “Sialan! Aku bodoh banget. Bisa-bisanya ketiduran

• Sprei Bernoda

  “Masa Mas Daffin ngompol sih? Segede itu masih bisa ngompol? Ya ampun, nggak terbayang sih.”
  Sprei ya

• Apa Mas Daffin Sudah Ingin?

  “Mau ngomong apa, Mas?” tanyaku sambil duduk kembali di hadapannya setelah selesai mencuci piring.
  Ma

• Pesan Ayah

  POV Daffin
  ***
  Aku duduk di kursi dengan perasaan tak menentu. Jantungku benar-benar berdegup sangat c

• Jangan Sentuh

  “Loh, Mbak Tisa bikin status seperti ini? Bukankah restoran itu salah satu cabang milik keluarganya

• Sugar Baby

  “Loh, iya, kenapa bisa ya? Padahal restoran ini baru diambil sama Om Satya. Dia ngomong kalau restor

• Bertemu Lagi

  “Kamu mau urus semuanya sendiri? Kamu yakin? Kakimu masih sakit kan?” tanya Mas Daffin, heran.
  “Iya,

• Kakak?

  “Tuh, kan, Ren. Suamimu mencarimu. Kamu sih, susah dibilangin. Kalau dia marah gimana?”
  Melati begitu

• Cemburukah?

  “Cemburu? Nggak tuh!”
  Aku mendengus. Kemudian, membuang pandangan dengan melihat suasana di luar kaca

• Ada Jarak

  Dengan cepat, tanganku memegang pipi bekas kecupan itu. Aku terkesiap dengan apa yang telah dilakuka

• Adifa

  Seorang perempuan berpakaian ketat dan memperlihatkan keindahan tubuhnya berbicara pada kami. Ia ban

• Apa Hubungan Mereka?

  Mbak Tisa dengan senyuman yang mengembang penuh kebahagiaan sedang duduk bersama dengan Om Satya. Me

• Tidak Percaya

  “Terus siapa dong? Kalau memang bukan orang iseng, pasti sudah menitipkan omongan itu kepadamu, Mas.

• Bara

  “Apa kamu yakin mau pergi ke kampus? Apa sudah baik-baik saja? Padahal sudah ada orang yang mengurus

• Pengganggu

  Aku mendongak melihat ke arah seseorang yang baru saja menyapaku dengan sebuah pertanyaan. Aku benar

• Video

  “Siapa, Ren?” tanya Mas Daffin sambil melihatku sekilas.
  “Nggak tau, nomor baru.”
  “Nomor baru lagi? Ja

• Janggal

  “Oke, aku turuti kemauanmu, Mas. Kalau seandainya semua hanya kebohonganmu, lebih baik kita nggak us

• Prasangka Buruk

  “Jangan menuduh dari sudut pandangmu sendiri, Ren. Semua bisa menjadi sebuah kemungkinan. Bisa saja

• Sebuah Bukti

  “Ren, hatiku seutuhnya sudah menjadi milikmu. Aku benar-benar nggak tau tentang video itu, Ren. Aku

• Anton

  “Baik, Mas. Kita lakukan sesuai rencanamu.”
  Hatiku sudah mulai melunak. Perkataan demi perkataan yang

• Hubungan Adifa dan Anton

  “Sudah pingsan kan, Ren? Iya kan? Kita berhasil melakukan rencana kita, Ren. Anton pingsan!”
  Tiba-tib

• Kasus Selesai

  “Da-Daffin! Kamu di sini?” Pertanyaan itu keluar dari lisannya. Anton belum mengingat secara pasti.

• Rencana Bulan Madu

  “Apa kalian sudah memikirkan tentang bulan madu yang nanti akan dilakukan?”
  Pertanyaan itu sontak mem

• Saling Menyentuh

  Aku sangat terkejut mendengar suara yang keluar dari lisan suamiku. Aku pikir ia sedang tidur dengan

• Mengkhawatirkan Bara

  Semenjak waktu itu, Bara memang benar-benar menjaga jarak denganku. Berbicara seperlunya. WA pun sam

• Ide Lily

  Kejadian itu membuat kami saling membisu. Mas Daffin seperti menghindariku. Sampai makan malam pun i

• Kecupan dan Pelukan

  “Bukan. Aku mau ngomong sesutau hal yang lebih penting. Bukan membahas tentang Bara lagi. Aku ngomon

• Keputusan Mas Daffin

  “Oh, iya ya. Aku sampai lupa. Maaf, Mas.”
  Aku mengatakannya sambil menyelipkan rambut ke belakang tel

• Sikap Aneh Mas Daffin

  “Ren, kenapa sih, kamu selalu merepotkanku terus?” Pertanyaan itu kembali terulang.
  Mata tajamnya men

• Respon Ibu Mertua

  “Ayo, kita duduk dulu,” ajak Mas Daffin.
  “Ya, ayo, duduk.” Ibu Mertua tidak sabar untuk mendengarkan

• Berangkat ke Villa

  “Barang-barang yang mau dibawa sudah siap semua, Ren?” tanya Mas Daffin sambil menghampiriku di kama

• Foto Berdua

  “Aura jahat katanya? Nggak masuk akal banget deh! Ngomong saja kalau memang iseng menakut-nakuti kit

• Menikmati

  “Kamu masih memikirkan tantang keajaiban itu?” tanya Mas Daffin dengan senyum yang tersimpul tipis.
  “

• Apa yang Terjadi pada Melati?

  Kami bertiga berjalan menyusuri pantai. Pemandangan yang disajikan sangatlah indah. Pengunjung yang

• Malam yang Mendebarkan

  “Mas, kenapa kamu ngomong begitu sih? Aku kan malu. Padahal dulu kamu kan pemalu banget, kenapa seka

• Menunaikan Nafkah Batin

  “Untuk mempertegas, aku akan menanyakan lagi untuk yang terakhir kali. Apa kamu yakin akan melakukan

• Keegoisan Mama Rita

  “Halo, Ma. Assalamu’alaikum!” sapaku, panggilan sudah diloadspeaker seperti permintaan Mas Daffin.
  “I

• Berharap

  “Iya, Sayang. Aku yakin banget, dulu itu nggak ada orang lain lagi. Hanya ada dua orang saja. Kondis

• Pulang ke Rumah

  “Sayang, kamu baik-baik saja kan?” Pertanyaan itu muncul kembali.
  Ia berbaring di sebelahku. Jemariny

• Acara yang Mengejutkan

  “Kata Ayah, besok Om Satya mau melamar kekasihnya. Kita diminta ikut ke sana,” jawab Mas Daffin.
  “Loh

• Memberanikan Diri

  “Calon suaminya Mbak Tisa, Omnya Mas Daffin, Ma. Mbak Tisa dapat restoran dari Om Satya kan? Apa Mam

• Rencana Mengusut Masa Lalu

  “Idemu bagus, Dek. Tapi, bahaya juga sih. Kalau traumamu mendadak datang bagaimana?” Mas Daffin just

• Pembicaraan Sengit

  “Oh, jadi begitu ceritanya. Kalian sudah saling mengenal lumayan lama. Artinya, selama ini kalian be

• Masih Ada Trauma

  Mas Daffin berangsur melepas jemarinya dari daguku. Wajahnya berubah masam. Terlihat jelas kalau ia

• Bertemu Om Satya

  “Ren, kita jadi bertemu kan? Aku sudah menunggumu di cafe. Jangan lama-lama. Ingat ya, berangkat sen

• Rahasia Besar Om Satya

  “Aduh, kamu ini galak banget sih?”
  Mendengar ucapan itu, aku memutuskan untuk diam. Semakin orang ini

• Ke Hotel

  PoV Satya
  ***
  “Memangnya aku bodoh? Dengan mudahnya membuka aib sendiri di depanmu tanpa ada keuntunga

• Pada Akhirnya

  Aku mengerjapkan mata dan membukanya secara perlahan. Saat melihat langit-langit, aku merasa ada ses