Total : 94Bab 1
Hai.. Masih ingatkah kalian padaku..? Aku Shelby, gadis kecil yang dulu mainan pistol air dengan kak
readmore Bab 2
"Dulu, mas tinggal ke Jerman, kamu tuh masih segini.." mas Alva mendekatkan jempol dan telunjuknya s
readmore Bab 3
"Dek, ibu negara jadi dipindah, ya? Ehh kok ibu negara sih, ibu kota! Masa ibu negara!" seruan mas A
readmore Bab 4
"EDAN..!! YANG TADI ITU ABANG LO, BY..?? OH ASTAGA..!! DEMI GORENGAN DI KANTIN GUE MELELEH YA GUSTI.
readmore Bab 5
Mas Alva menghentikan mobilnya di depan jajaran ruko yang tertutup. Kecuali bengkel Rascal yang leta
readmore Bab 6
Kalau jatuh cinta, bumi bentuknya love. Berhari-hari kalimat itu terngiang di kepalaku, seperti spido
readmore Bab 7
"Bentar, biar mas yang bukain pintunya." Pulang dari klinik, mas Alva menghentikan mobilnya di depan
readmore Bab 8
Kicauan burung gereja di luar mengusik tidurku, juga suara serekan tirai yang mengundang kemilau ter
readmore Bab 9
"Reuni akbar?" Dua kata menyita perhatian mas Alva saat menelanjangi selembar tiket undangan titipan
readmore Bab 10
Setelah berkeliling kesana-kemari, akhirnya aku dan mas Alva menemukan pedagang kebab Turki. Lebih b
readmore Bab 11
Hari demi hari berganti. Aku mulai terbiasa dengan keadaan yang membuatku tak bisa bergerak leluasa.
readmore Bab 12
Keheningan tercipta di sepanjang jalan. Aku merasa, mas Alva kerap curi-curi pandang melihat spion d
readmore Bab 13
Malam berhujan, gerimis. Gemercik airnya bergemuruh di atas genting, terdengar seperti bebatuan keri
readmore Bab 14
Hampir seminggu tidak masuk sekolah, apa kabar tugas-tugas? Pasti aku tertinggal jauh, siap-siap saj
readmore Bab 15
Memang kenapa kalau aku luluh sama Baruna? Belum sempat aku memutarbalikkan pertanyaan mas Alva, tema
readmore Bab 16
Katanya, rumahku surgaku. Tapi mengapa naluriku ingin pergi saja? Harum bekas pelukan mas Alva masih
readmore Bab 17
"Intinya, sikap dia sama gue itu, solid banget." Hari sudah gelap, lampu-lampu jalan menyala terang d
readmore Bab 18
Ting! Nyala terang ponselku di bawah temaram lampu nakas memecah kesunyian malam. Memaksa mataku terb
readmore Bab 19
"Mas Alva, abis dari sekolah adek, kamu langsung jemput Keira, ya? Sebagai awal penjajakan, antarkan
readmore Bab 20
Aku merasa ada jarak yang membentang, antara aku dan Baruna. Agaknya dia tersinggung dengan sebutan
readmore Bab 21
Tiba di rumah, aku langsung membersihkan diri untuk mendinginkan pikiranku. Barharap ingatanku tenta
readmore Bab 22
Detik jam dinding terus berputar dan terdengar keras. Jarum pendek yang tadinya menunjuk pukul tujuh
readmore Bab 23
Sejak detik pertama nyawaku menyapa dunia sampai berangkat sekolah, ada kobaran membakar di dadaku.
readmore Bab 24
"Kenapa nungguin aku? Emang aku anak TK?" Kehadiranku memblokir arah matahari pukul sepuluh. Mengutuk
readmore Bab 25
"Al, kamu gak bisa lepas, ya, dari adekmu?" Tidak hanya Keira, semilir angin di tepi dermaga pun, men
readmore Bab 26
Blam! Hentakan pintu kamarku tertutup rapat, disusul suara berkerik dalam lubang kunci menciutkan nya
readmore Bab 27
Hari berikutnya, hati masih belum membaik. Pagi-pagi buta, aku terbangun ketika gelegar suara adzan
readmore Bab 28
"Ru, gue mau jadi pacar lo." Nyaris, Baruna menyemburkan minumnya. Tetes-tetes coffee latte di sudut
readmore Bab 29
"Dek, beliin obat dong.." Jemari menusuk-nusuk di pipiku dengan manja, mengusik aktivitasku menggosok
readmore Bab 30
"Maafkan bunda Al, bunda terpaksa jodohin kamu sama Keira biar kamu gak kebablasan sama adek. Kalian
readmore Bab 31
Aku bersungut menatap boneka lucu yang bergoyang di atas dashboard. Menancap dengan tatakan ponsel b
readmore Bab 32
"Menurut kamu bagusan yang mana?" Refleksi warna jingga mengkilapkan si cantik berlian yang tertanam
readmore Bab 33
Hatchim! Padahal hanya minum es sedikit, malamnya aku sudah bersin-bersin. Argh, dasar tubuh ringkih
readmore Bab 34
"Upin-Ipin berdua ngapain sih di jalanan?" Salah satu pengendara ugal-ugalan yang tadi nyaris menabra
readmore Bab 35
Tok! Tok! Tok! "Room service!" Sayup-sayup bunyi ketukan pintu dan suara seseorang, menjawab demo di p
readmore Bab 36
PLAKS! Tamparan keras menyambut meriah kedatanganku tiba di rumah. Membombardir duniaku seketika, mer
readmore Bab 37
Gumpalan awan mendung menyelimuti di rooftop rumah sakit. Langkahku terhenti sampai pagar beton pemb
readmore Bab 38
Malamku kelabu, di bawah gemerlap lampu-lampu LED yang menghias di segala sudut halaman samping ruma
readmore Bab 39
BYURRR~ Pangeran menceburkan diri demi menyelamatkan tikus got yang megap-megap di tengah kolam. Jadi
readmore Bab 40
Jam dinding berdetak keras membangunkanku. Kabur-kabur retinaku melihat jarum menunjuk pukul satu di
readmore Bab 41
Tin! Tin! Tin! Derum motor datang membunyikan klakson, ikatan simpul tali sepatuku berhenti menyilang
readmore Bab 42
CETAASSHHH!! DUAGHH!! "Awwh~!" sesuatu yang keras menghantam ubun-ubun, menyambut kedatanganku kala tu
readmore Bab 43
"Seratus persen! Hosh..hosh..hosh.." terengah-engah kudorong mas Alva menjauh. Rona wajahku bersaing
readmore Bab 44
"Dek, panggilkan masmu, ada Tari di depan." Jemariku berhenti menghitung barisan semut yang merayap d
readmore Bab 45
Hari demi hari silih berganti, mas Alva tidak lagi berkicau. Seakan-akan dunia kami berbeda dimensi,
readmore Bab 46
"Makasih udah dianter, hati-hati.." Mas Alva hanya nge-drop kak Tari dan ikan cupangnya di depan ruma
readmore Bab 47
"Jadi, lo korban perasaannya mas lo?" Nada-nada sendu merambat disela gemuruh angin di pesisir pantai
readmore Bab 48
"Aku sama Baruna udah bubar jalan, puas?" segenap kekuatanku mendorong tubuh mas Alva menyingkir, ak
readmore Bab 49
Esok harinya, aku dan mas Alva bertandang ke kediaman oma Kanaya. Cerah mentari tak seperti hatiku y
readmore Bab 50
"Jadi, sebenernya, aku punya kakak, bun?" Kicauan burung gereja mengilhami seberkas kabut pilu yang m
readmore Bab 51
"Assalamualaikum warrahmatullah.." Malamku yang syahdu menyelimuti sedalam kalbu. Ayah memimpin semba
readmore Bab 52
"Apa aku kurang sayang~ Sampai aku kau tinggalkan~" Berdegum kencang gamelan meja menyambut kedatanga
readmore Bab 53
Seharian aku tidak konsentrasi belajar, hanya karena memikirkan chat mas Alva. Mana ada, nembak bila
readmore Bab 54
Derap langkahku berjalan gontai menapaki paving pelataran rumah, hingga tiba di teras dengan mematun
readmore Bab 55
Angin malam menguatkan jiwa yang tidak percaya diri, ketika wedges-ku dengan kagok menginjak di satu
readmore Bab 56
Momen bersejarah dalam hidup, ketika puzzle di hatiku sudah tidak kosong lagi. Seperti gebyar lampu-
readmore Bab 57
Pagi-pagi buta, ayam berkokok membangunkan tidur lelapku. Usai semalam bergelut dalam pusaran gelomb
readmore Bab 58
"NGEBUT, MAS! NGEBUT!" Bertubi-tubi tepukan kerasku menggebu di bahu mas Alva, seraya menguatkan pija
readmore Bab 59
"Mas sudah bertemu ibu kandungnya?!" Gelegar suara bunda menyerbu disela gemercik air dispenser. Tand
readmore Bab 60
Ting! Si Al lagi di bar sama temen"nya, dek. Main bilyard katanya. Pesan singkat kak Tari meruntuhkan
readmore Bab 61
Murung nan sendu, mengimbangi derap langkahku menyusuri jalanan sepi. Seraya menggosok pelan kedua l
readmore Bab 62
Hujan gerimis di hatiku mencurahkan aliran sungai di pipi. Menemani dua langkah kaki berjalan berdam
readmore Bab 63
"Keringin rambutnya dek, nanti pusing." Seruan di pintu mengusikku bergelut mesra dengan guling dan s
readmore Bab 64
Mentari bersinar lembut pagi ini. Kilaunya menembus celah-celah jendela ketika aku mengobrak-abrik s
readmore Bab 65
Siangnya, aku dan mas Alva bertandang ke panti asuhan tante Delima. Walau kondisi masih belum bugar,
readmore Bab 66
Kesunyian mengiringi derap langkahku menginjak lantai marmer. Hengkang dari panti asuhan, bergeser j
readmore Bab 67
"Mau pisah rumah aja galaunya kayak LDR," deheman keras memecah lamunanku, ditelan hiruk pikuk keram
readmore Bab 68
Ting! Denting notifikasi menyegarkan kepalaku yang mumet karena rumus Fisika. Sembari lesehan di karp
readmore Bab 69
Gugusan bintang bertaburan di langit malam, gemerlapan mengepung rembulan bagai melodi cinta yang ro
readmore Bab 70
"Mas Alva bertahan! Hiks." Malam ini mimpi buruk. Sayup-sayup bunyi sirine ambulans masih terngiang d
readmore Bab 71
Beep~ Detak monitor osiloskop menyengat denyut nadiku. Memaparkan gelombang garisnya berjalan indah n
readmore Bab 72
Berhari-hari duniaku hambar, seperti sepah permen karet habis manisnya. Makan tak enak, tidur pun ta
readmore Bab 73
Sahutan berdenting membangun dimensi malamku selaras dengan sendu. Nelangsa hati mendayu-dayu, menol
readmore Bab 74
Semerbak keharuman khas cokelat panas mengepulkan uap, menepis dingin malam. Bergeming ke halaman sa
readmore Bab 75
Musim ujian kulewati dengan setengah hati. Hidupku berkabut kelabu, seperti fase-fase ditinggal mas
readmore Bab 76
Gemercik air hujan merembes di celah-celah jariku menengadah di depan teras. Di tengah halaman taman
readmore Bab 77
"Masuk.." Satu tanganku mengambang, urung mengetuk pintu kamar mas Alva terbuka lebar. Turut berdenti
readmore Bab 78
Aku tresno karo kowe Nanging aku biso opo Ngerteni kowe uwis Nyanding wong liyo Dentuman slow remix DJ B
readmore Bab 79
Tring! Pintu lift terbuka mendamparkan ragaku di lantai 8. Gedung bertingkat dengan basement bawah ta
readmore Bab 80
"Kamu jangan cemburu," sahut mas Alva mendesis. Merenggut jari-jariku dalam genggaman erat. "Dia han
readmore Bab 81
Gradasi jingga kemerahan menawan seluas langit petang. Tak jemu-jemu kupandang dari tepi halaman kol
readmore Bab 82
"Sanji, thanks, ya!" "Yok! Balik, mbak!" "Iya, hati-hati!" Asyik mengenalnya selama perjalanan. Sanji l
readmore Bab 83
Pagiku masih berkabut ketika mas Alva menggeretku sampai dermaga. Menghapus belenggu semalam, kepada
readmore Bab 84
Segelas lemon tea di hari yang cerah. Tetes demi tetes bulir embun meluncur dan bermuara di meja. Me
readmore Bab 85
Buram lensaku, menghimpun nyawa dalam setiap kedipan. Sayup-sayup kicauan riang menyemarakkan atmosf
readmore Bab 86
Lengser mentari sore, relakan tahta di langit petang kepada planet Venus. Pancaran semburat oranye m
readmore Bab 87
"Sayang! Opo koe krungu?!" Seruan lantang menembus gemuruh angin disela langkahku menari-nari sepanja
readmore Bab 88
Seharian menghabiskan waktu jelajah medan, berburu tumbuhan apa saja yang bisa dimakan demi bertahan
readmore Bab 89
Percikan api melahap rumput landak macam petasan banting. Durinya meledak-ledak terbakar bersama ara
readmore Bab 90
"Pasien terindikasi keracunan. Beruntung cepat dilarikan ke rumah sakit, sehingga racun itu bisa din
readmore Bab 91
Gerimis manja mengalun syahdu dalam kalbu. Tiap bait rinai berjatuhan di atap genting temani anganku
readmore Bab 92
Keesokan harinya, kabut menyelimuti atmosfer. Basah rerumputan menyeruak di kakiku ketika menapaki h
readmore Bab 93
"Sekarang mbak boleh buka matanya." Suara feminim mengintervensi heningku. Sesuatu yang berat menempe
readmore Bab 94
Derum mobil dan sorot lampu melenyap melipir di depan rumah. Hengkang dari istana kakek, mas Alva di
readmore
Cerita nya kek imaginasi gua ngek😭😭,gua berharap gua punya abang kayak gini wou😭
28/08/2022
1awalnya aja dah bagus apalagi sampai akhir😄
1d
0Ceritanya sangat menarik
08/09
0sangat bagus
30/08
0sangat seru dan baik
29/08
0APLIKASI INI BAGUSS
29/08
0baguss
16/08
0bagus
05/08
0ceritanya bagus banget anjir
31/07
0aku udah baca
28/07
0